Asir membentang dari Hijaz di utara hingga perbatasan Emirat Al-Adarisah di selatan. Emirat (imaroh) adalah suatu wilayah di bawah yurisdiksi seorang Emir. Asir berada di dalam perbatasan negara Saudi pertama. Namun setelah runtuhnya negara Saudi pertama, Asir berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Ottoman.
‘Aid bin Qorni mampu membentuk emirat independen di Asir, dan mampu mengusir pasukan Turki dari sana. Namun, tak berlangsung lama, Turki kembali ke wilayah tersebut pada tahun 1288 H / 1871 M. Dan Asir menjadi wilayah di bawah kekuasaan Ottoman.
Terlepas dari Ottoman, Hassan bin Ali Berkuasa Penuh atas Asir
Setelah kekalahan Kekaisaran Ottoman yang berada di pihak Kekuatan Poros dalam Perang Dunia Pertama, kepentingan dan kontrol Kekaisaran Ottoman atas beberapa daerah di Jazirah Arab menurun. Sehingga Hassan bin Ali Al A’id menjadi independen di Asir, tetapi ia cenderung pada kebijakan yang keras dan semena-mena terhadap beberapa suku di daerah-daerah tersebut.
Para Pemimpin Kabilah di Asir Mengadukan Kedzaliman Hassan bin Ali
Sementara itu perbatasan negara Saudi modern dekat dengan Emirat Alu A’id. ٍ Sehingga para pemimpin kabilah yang menderita dari kezhaliman Hassan Ibn Ali pergi menghadap Raja Abdulaziz. Mereka meminta kepada sang Raja Saudi tersebut untuk membebaskan mereka dari penindasan.
Raja Abdulaziz menanggapi mereka dan mengirim delegasi ulama dari Najd ke Hassan Ibn Ali untuk memberi nasihat dan bimbingan. Namun Hassan mengeluhkan hal ini, karena ia menganggap hal ini sebagai campur tangan dalam urusan dalam negeri emiratnya.
Sang pemimpin Emirat yang Dzalim Menolak Nasehat
Dan Hassan Ibn Ali pun menolak nasihat tersebut. Raja Abdulaziz terprovokasi, sehingga ia mempersiapkan pasukan yang dipimpin oleh Pangeran Abdulaziz bin Musaed bin Jalawi, dan Ibnu Jalawi berbaris untuk memerangi Ibnu Aid.
Pasukan Saudi bertemu dengan pasukan Alu Aid dalam pertempuran Hajjah 1338 H / 1920 M. Saat itu Hassan Al A’id menyerah. Sehingga Abdulaziz bin Musaed dapat memasuki Abha, pangkalan Asir, hingga akhirnya berhasil menguasainya dengan mencapai perbatasan Kekhalifahan Utsmaniyah pada tahun 1338 H / 1920 M.
Raja Abdulaziz memperlakukan Hassan bin Ali Alu Aid dengan baik setelah penangkapannya, dan bahkan menawarinya untuk kembali ke emirat dengan syarat dia akan berada di bawah otoritas Saudi. Tetapi dia menolak tawaran Raja dan tetap tinggal di wilayah Abha dengan keluarganya. Dan sang Raja pun mengalokasikan gaji didasari kemurahan hati untuk Hassan dan keluarganya.
Hassan bin Ali Alu Aid Kembali Berulah
Kehadiran Hassan bin Ali di wilayah tersebut tidak berlangsung lama kembali menimbulkan masalah. Dia melakukan gerakan militer untuk merebut Abha. Sementara saat itu Raja Abdulaziz sedang mengepung Hail, yang didukung oleh Syarif Husain bin Ali.
Setelah pencaplokan Hail, Raja Abdulaziz mengirim pasukan yang dipimpin oleh putranya, Pangeran Faisal, yang melakukan perjalanan ke Abha pada tahun 1340 H / 1922 M. Dan ia pun berhasil menaklukkan Alu A’id lagi dan mendapatkan kembali kendali atas Asir.
Sumber: Dr. Faishal Al Saud, Mujaz Tarikh Ad-Daulah As-Suudiyah. Cetakan Pertama (Majmaah University:2018)
Seri Jejak Sejarah Kerajaan Arab Saudi
- Kelahiran Abdulaziz, Sang Pendiri Kerajaan Arab Saudi
- Peristiwa Sebelum Raja Abdulaziz Merebut Kembali Riyadh
- Abdulaziz: Meninggalkan Kuwait dan Merebut Kembali Riyadh (1319 H)
- Ekspansi Raja Abdulaziz ke Wilayah Selatan Najd, Sudair dan Al Washm
- Ekspansi Raja Abdulaziz ke Qassim
- Ekspansi Raja Abdulaziz ke Qassim (bagian 2)
- Ekspansi Raja Abdulaziz ke Al-Ahsa
- Ekspansi Raja Abdulaziz ke Hail
- Ekspansi Raja Abdulaziz ke Hijaz Menjelang Terbentuknya Kerajaan Arab Saudi (1)
- Ekspansi Raja Abdulaziz ke Hijaz Menjelang Terbentuknya Kerajaan Arab Saudi (2)
- Penggabungan Asir ke Wilayah Kekuasaan Saudi