Terbunuhnya Imam Turki bin Abdullah di tangan seorang seorang pelayan. Pelaku pembunuhan tersebut merupakan pelayan dari Mishari bin Abdulrahman bin Hasan bin Mashari bin Saud bin Muhammad bin Muqrin, yang merupakan keponakan Imam Turki bin Abdullah.
Mishari bin Abdulrahman termasuk salah seorang tawanan di Mesir, dan sekembalinya ke Najd, Imam Turki menugaskannya ke Manfouha. Namun Imam Turki mengeluarkannya dari Manfouha setelah adanya desas-desus bahwa Mishari berkomplot untuk menggulingkannya.
Gagalnya Upaya Mishari menggulingkan Imam Turki
Pada tahun 1246 H/1830 M, Mishari mencoba bergerak melawan Imam Turki namun gagal. Sehingga ia meminta perlindungan kepada Asyraf. Namun Syarif Muhammad bin Awn menolak membantunya. Dan ia tinggal di kalangan Asyraf hingga tahun 1248 H/1832 M.
Setelah itu, Mishari bin Abdulrahman kembali ke Najd, tepatnya ke Qassim. Kemudian ia memohon syafa’at kepada Imam Turki, dan ia diampuni.
Rebut Istana: Memanfaatkan Kekosongan Pasukan
Mishari kemudian menuju Riyadh dengan masih menyimpan niat buruk terhadap Imam. Turki. Pada tahun 1249 H / 1833 M, Mishari memanfaatkan ketiadaan pasukan di Riyadh, yang sibuk dengan kampanye melawan Al-Ahsa yang dipimpin oleh putra Imam Turki yang bernama Imam Faisal bin Turki.
Persekongkolan Jahat Mishari dan Pelayan Imam Turki
Mishari bersekongkol dengan pelayan Imam Turki, Ibrahim bin Hamzah untuk membunuhnya. Dan memang, Ibnu Hamzah akhirnya bisa membunuh Imam Turki bin Abdullah setelah ia keluar untuk shalat Jum’at. Setelah itu, Pangeran Mashari merebut istana.
Akhirnya Kebenaran Menemukan Jalannya
Berita terbunuhnya Imam Turki akhirnya sampai kepada Imam Faisal bin Turki. Kemudian beliau bertemu dengan sejumlah komandannya dan memutuskan untuk pergi ke Riyadh. Dan pada akhirnya, Imam Faisal bin Turki mampu mengendalikan situasi di Riyadh dan mengembalikan keadilan dengan membunuh Pangeran Mishari.
Sumber: Dr. Faishal Al Saud, Mujaz Tarikh Ad-Daulah As-Suudiyah. Cetakan Pertama (Majmaah University:2018)
Seri Jejak Sejarah Negara Saudi Kedua