Diplomasi Nabi di Tengah Ketegangan
Ketika membicarakan perjuangan Nabi Muhammad ﷺ dalam menyebarkan Islam, kita sering teringat pada Perang Badar, Uhud, atau Penaklukan Makkah. Namun, ada satu peristiwa yang menjadi titik balik krusial dalam sejarah dakwah Islam: Perjanjian Hudaibiyah.
Peristiwa ini terjadi pada tahun ke-6 Hijriah, ketika Rasulullah ﷺ memimpin rombongan 1.400 sahabat dari Madinah menuju Makkah untuk menunaikan umrah. Sayangnya, mereka dihadang oleh kaum Quraisy yang menolak kedatangan kaum Muslimin. Alih-alih berujung pada konflik bersenjata, kedua belah pihak akhirnya melakukan perundingan damai di kawasan Hudaibiyah—sekitar 20 km dari Makkah.

Hari ini, wilayah Hudaibiyah dikenal sebagai As-Syumaisi, dan di sana berdiri Masjid Hudaibiyah, yang menjadi destinasi napak tilas bagi jamaah haji dan umrah. Masjid ini tak hanya berfungsi sebagai miqat (tempat niat umrah), tetapi juga sebagai pengingat akan kebesaran strategi diplomatik Rasulullah ﷺ.
Isi Perjanjian dan Kontroversinya
Perjanjian Hudaibiyah menghasilkan empat poin penting:
- Kaum Muslimin tidak diperkenankan melaksanakan umrah tahun itu, tetapi diperbolehkan kembali tahun berikutnya.
- Gencatan senjata antara Quraisy dan Muslimin selama 10 tahun.
- Siapa pun dari Quraisy atau Muslimin bebas memilih pihak mana yang ingin mereka dukung.
- Jika ada warga Quraisy yang memeluk Islam dan lari ke Madinah, harus dikembalikan ke Makkah; sebaliknya, jika ada Muslim kembali ke Quraisy, tidak akan dikembalikan.
Sekilas, isi perjanjian tampak merugikan pihak Muslim. Banyak sahabat, termasuk Umar bin Khattab, mengungkapkan kekecewaannya. Namun, Rasulullah ﷺ melihatnya sebagai langkah strategis jangka panjang, yang pada akhirnya membuktikan kejeniusannya dalam bernegosiasi.
Dampak Perjanjian Hudaibiyah dan Napak Tilas
Perjanjian ini menandai era damai yang membuka peluang bagi dakwah Islam menyebar tanpa hambatan militer. Dalam waktu dua tahun, jumlah Muslim meningkat pesat. Ketika kaum Quraisy melanggar perjanjian, itu membuka jalan bagi Penaklukan Makkah (Fathu Makkah) yang berlangsung damai dan minim pertumpahan darah.
Bagi Anda yang mengunjungi Makkah, Masjid Hudaibiyah adalah tempat yang layak dikunjungi. Di sinilah Rasulullah ﷺ dan para sahabat berkemah, berunding, dan menandatangani perjanjian yang menjadi dasar kemenangan Islam di jazirah Arab.
Hudaibiyah bukan sekadar nama tempat. Ia adalah simbol kemenangan melalui kesabaran, diplomasi, dan strategi damai. Di tengah pilihan antara konfrontasi dan kompromi, Rasulullah ﷺ memilih jalan damai yang justru membawa kejayaan Islam yang lebih besar.
Baca juga Mengenal Gua Hira: Tempat Wahyu Pertama Diturunkan
Referensi:
- Ibn Hisham, Sirah Nabawiyah – Ringkasan versi daring: https://sirahnabawiyah.com/sirah-ibn-hisham
- Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Kitab Asy-Syurut – Bisa diakses di: https://sunnah.com/bukhari/50
- Karen Armstrong, Muhammad: A Prophet for Our Time – Info buku: https://www.penguinrandomhouse.com/books/6529/muhammad-by-karen-armstrong/
- Ensiklopedia Islam (Kementerian Agama RI) – Tersedia online melalui: https://ensiklopedia.kemenag.go.id/