Ketika nama Mekah disebut, yang langsung terbayang adalah kota suci umat Islam, tempat berdirinya Ka’bah, dan pusat pelaksanaan ibadah haji serta umrah. Namun, jauh sebelum munculnya gedung pencakar langit seperti Abraj Al-Bait dan renovasi masif Masjidil Haram, Mekah adalah kota sederhana penuh kedamaian dan nilai-nilai spiritual yang kuat. Disini kita kan lihat kota Mekah tempo dulu.
Wajah Mekah Sebelum Era Modern
Pada awal abad ke-20, Mekah tampak sangat berbeda. Kota ini didominasi rumah-rumah batu berarsitektur Hijaz klasik, jalanan sempit, dan suasana yang sangat bersahaja. Ka’bah kala itu tidak dikelilingi lantai marmer atau payung-payung raksasa seperti hari ini. Para jamaah beribadah langsung di atas pasir dan bebatuan.

Foto-foto hitam putih dari era 1880-an hingga 1950-an memberikan gambaran tentang suasana religius Mekah tempo dulu. Salah satu foto ikonik adalah potret Masjidil Haram pada tahun 1880-an, memperlihatkan Ka’bah yang dikelilingi oleh tiang-tiang kayu dan para jamaah dalam jumlah kecil. Foto-foto ini sebagian besar berasal dari para penjelajah dan fotografer Barat, seperti Christiaan Snouck Hurgronje, yang diam-diam mendokumentasikan kehidupan Mekah tahun 1885.
Kehidupan Sederhana Penuh Nilai Spiritual
Masyarakat Mekah hidup dengan sederhana namun penuh makna. Para jamaah datang dari seluruh dunia melalui jalur laut dan darat, menginap di rumah warga atau mendirikan tenda di halaman rumah penduduk. Tidak ada hotel mewah, sistem pendingin, atau transportasi modern. Unta dan keledai menjadi alat angkut utama, sementara air Zamzam ditimba langsung dari sumur.
Pasar tradisional seperti Souq Al-Lail dan Pasar Bab Ali ramai dengan pedagang yang menjual kurma, rempah-rempah, dan barang-barang dari berbagai belahan dunia seperti India, Yaman, dan Afrika. Dikisahkan secara turun-temurun, penduduk Mekah terkenal ramah dan terbuka terhadap para tamu Allah, bahkan sering menyediakan makanan dan tempat tinggal bagi mereka yang membutuhkan.
Era Transformasi: Dari Kesederhanaan Menuju Kemajuan
Modernisasi Mekah dimulai sejak era Raja Abdulaziz Al Saud pada pertengahan abad ke-20. Pemerintah Arab Saudi mulai mengembangkan infrastruktur, memperluas Masjidil Haram, dan menciptakan sistem logistik haji yang lebih teratur.
Tahun 1970-an menjadi titik balik besar dengan munculnya hotel bertingkat, eskalator, dan jalur tawaf bertingkat. Walaupun banyak yang menyambut baik kemajuan ini, tak sedikit yang merasa kehilangan nuansa spiritual klasik Mekah masa lalu.
Upaya Mengabadikan Mekah Lama
Untuk menjaga warisan sejarah kota suci, berbagai lembaga kini berupaya mendokumentasikan Mekah tempo dulu:
- Museum Haramain menampilkan miniatur Ka’bah kuno, alat penimba zamzam, dan foto-foto langka abad ke-19.
- Google Arts & Culture bekerja sama dengan lembaga Saudi untuk menyajikan galeri digital foto-foto sejarah Mekah.
- Lembaga akademik seperti Harvard University Library turut melestarikan dokumentasi visual dari fotografer legendaris seperti Snouck Hurgronje.
Nostalgia yang Menyentuh dan Penuh Makna
Melihat kembali foto-foto Mekah lama bukan hanya tentang nostalgia, tapi juga sebagai bentuk refleksi spiritual. Ini adalah cara umat Islam untuk mengenang perjalanan sejarah kota suci, dari kampung sederhana penuh ketulusan hingga menjadi pusat ibadah modern dunia Islam.
Di balik kemajuan teknologi dan pembangunan yang luar biasa, Mekah tetap menyimpan kisah-kisah kesederhanaan, kesabaran, dan keikhlasan yang membentuk jati diri kota suci hingga hari ini.
Baca juga 6 Masjid Bersejarah di Arab Saudi yang Jarang Diketahui Jamaah Haji