Presiden dari Saudi Data and AI Authority (SDAIA), Abdullah Alghamdi, menegaskan kepemimpinan Arab Saudi dalam tata kelola Artificial Intelligence (AI) secara global melalui pidatonya di AI Action Summit yang digelar di Paris, Prancis, pada 10-11 Februari 2025. Acara ini dihadiri oleh pemimpin dunia seperti Presiden Prancis Emmanuel Macron, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, serta para pembuat kebijakan dan pakar AI internasional.
Pentingnya Tata Kelola AI yang Inklusif
Alghamdi menjelaskan bahwa Arab Saudi telah membangun model tata kelola AI terpadu yang melibatkan pemerintah, bisnis, masyarakat sipil, dan komunitas marginal. “Tata kelola komprehensif memastikan AI dikembangkan untuk kemanusiaan, mengurangi risiko, membangun kepercayaan, dan mencegah bias yang dapat memperparah ketimpangan,” tegasnya.

Negara ini telah merilis 65 kebijakan terkait AI, menjadi negara ketiga yang melakukannya, setelah Amerika Serikat dan Inggris. Kebijakaan tersebut dirilis saat event AI Policy Observatory pada Organization for Economic Co-operation and Development’s (OECD) . Langkah ini memperkuat posisi Arab Saudi sebagai pemain kunci dalam pengembangan etika AI global.
Inisiatif Arab Saudi di Panggung Global
Arab Saudi tidak hanya aktif merumuskan kebijakan, tetapi juga menjadi tuan rumah sejumlah acara penting:
- AI Global Summit di tahun 2020 dan 2024 di Riyadh, yang edisi terakhirnya menjadi pertemuan terbesar sepanjang sejarah.
- Sidang Konsultatif Badan Penasihat AI PBB pada September 2024, yang menghasilkan Piagam Riyadh untuk Etika AI, diikuti oleh 53 negara muslim.
- Pendirian Pusat Internasional untuk Penelitian dan Etika AI (ICAIRE) di Riyadh, yang berperan dalam menyusun kebijakan, peningkatan kapasitas, dan pengembangan AI yang bertanggung jawab.
Peran Strategis dalam Kemitraan Global
Alghamdi menekankan posisi strategis Arab Saudi sebagai pusat dunia Arab dan Islam untuk memimpin dialog global tentang AI. Negara ini siap berperan aktif dalam Global Partnership on Artificial Intelligence (GPAI), yang akan menggelar pertemuan menteri di Slovakia pada 2025.
Tantangan dan Harapan ke Depan
Meski AI membawa peluang transformatif, Alghamdi mengingatkan risiko seperti kesenjangan digital, bias algoritmik, dan dominasi kelompok tertentu. “Hanya dengan kolaborasi global dan transparansi, kita dapat memastikan AI menjadi alat untuk kemaslahatan bersama,” ujarnya. Dukungan dari pemimpin dunia dalam forum ini menunjukkan pengakuan internasional terhadap upaya Arab Saudi dalam membentuk masa depan AI yang beretika dan inklusif.
ChatGPT vs DeepSeek: Dinamika Persaingan yang Memicu Perlunya Mediasi Global
Persaingan sengit antara ChatGPT (AS) dan DeepSeek (China) mencerminkan fragmentasi tata kelola AI global. ChatGPT, dengan keunggulan multimodal dan basis pengguna 100 juta mingguan, menghadapi tantangan dari DeepSeek yang menawarkan API 80% lebih murah dan fokus pada efisiensi teknis. Sementara ChatGPT unggul dalam kreativitas, DeepSeek lebih presisi dalam pemrograman dan analisis data terstruktur. Namun, persaingan ini berpotensi memperlebar kesenjangan regulasi, terutama terkait etika penggunaan data, transparansi algoritma, dan keamanan siber.
Di sinilah Arab Saudi muncul sebagai pihak netral yang berpotensi mendamaikan “perang dingin teknologi” ini. Melalui Piagam Riyadh untuk Etika AI yang diadopsi 53 negara Islam, Saudi menawarkan kerangka etika multikultural yang menekankan fairness, privasi, dan akuntabilitas. Inisiatif seperti International Center for Artificial Intelligence Research and Ethics (ICAIRE) di Riyadh juga menyediakan platform riset independen untuk menguji bias algoritma dan risiko sistem AI dari kedua platform.
Investasi besar dalam proyek AI yang diumumkan di LEAP 2025, termasuk kolaborasi dengan Groq dan Aramco Digital untuk komputasi awan berbasis AI, menunjukkan kesiapan infrastruktur Saudi sebagai hub mediasi teknologi. Langkah strategis ini diperkuat dengan kategori risiko AI berbasis tingkat bahaya dalam Prinsip Etika AI SDAIA 2.0 , yang bisa menjadi acuan global untuk menilai ChatGPT dan DeepSeek.
Strategi Mediasi Arab Saudi: Dari Regulasi hingga Diplomasi
Saudi mengusulkan integrasi 7 Prinsip Etika AI-nya (seperti Transparency & Explainability) ke dalam kebijakan OECD dan GPAI. Ini bisa memaksa ChatGPT dan DeepSeek menyesuaikan model mereka dengan kriteria auditabilitas yang ketat. Selanjutnya dapat mempertemukan perwakilan OpenAI, DeepSeek, dan pemangku kepentingan global untuk merancang protokol uji kinerja AI yang inklusif.
Jika ini dapat dilaksanakan, Arab Saudi dapat menjadi penengah untuk Mencegah “fragmentasi algoritma” akibat perbedaan regulasi AS-China. Selain itu, dapat mengakselerasi adopsi AI untuk SDGs melalui model kolaborasi open-source yang diawasi ICAIRE. Dan menjadi preseden bagi resolusi konflik teknologi masa depan, sekaligus memperkuat visi Arab Saudi sebagai global AI ethics powerhouse.
Baca juga: Bagaimana Artificial Intelligence Membantu Arab Saudi Membangun Kota Futuristik?
Referensi:
- Sayed, A. (2025). Paris AI Action Summit: SDAIA Highlights Saudi Arabia as Comprehensive Governance Model. Diambil dari https://www.leaders-mena.com/paris-ai-action-summit-sdaia-highlights-saudi-arabia-as-comprehensive-governance-model/ .
- Economic Times. (2025). DeepSeek or ChatGPT: A price-to-performance comparison. What you need to know. Diambil dari DeepSeek or ChatGPT: A price-to-performance comparison. What you need to know – The Economic Times .
- SGU. (2025). A Comparison of Leading AI Models: DeepSeek AI, ChatGPT, Gemini, and Perplexity AI. Diambil dari https://sgu.ac.id/a-comparison-of-leading-ai-models-deepseek-ai-chatgpt-gemini-and-perplexity-ai/ .
- Gallo, W. (2025). DeepSeek vs. ChatGPT fuels debate over AI building blocks. Diambil dari https://www.voanews.com/a/deepseek-vs-chatgpt-fuels-debate-over-ai-building-blocks/7958031.html .
- SPA. (2025). SDAIA Explores AI Regulation and Governance in the Kingdom with Over 400 Officials from Public and Private Sectors. Diambil dari https://www.spa.gov.sa/en/N2252297 .