Hijaz sebelumnya merupakan bagian dari wilayah milik Negara Saudi Pertama. Kemudian direbut dari negara Saudi oleh gubernur Mesir, Muhammad Ali Pasha. Adapun Negara Saudi Kedua, wilayah kekuasaannya tidak meliputi Hijaz karena keadaan politik yang tidak menguntungkan pada saat itu. Di samping itu juga ada ancaman invasi Mesir oleh Muhammad Ali Pasha.
Sebelum menjadi bagian dari Kerajaan Arab Saudi, Ashraf lah yang memerintah Hijaz atas nama Kekaisaran Ottoman. Termasuk diantara pemimpinnya adalah Hassan bin Ali, yang sezaman dengan Raja Abdulaziz. Hassan bin Ali bercita-cita untuk memperluas pengaruhnya di Jazirah Arab atas nama Kekaisaran Ottoman. Insiden penangkapan Pangeran Saad bin Abdulrahman, saudara laki-laki Raja Abdulaziz, merupakan pertemuan pertama dari kejadian-kejadian yang terjadi di antara kedua belah pihak.
Sharif Al-Hassan bin Ali Tergoda Janji Inggris
Saat itu Al-Hassan bin Ali adalah salah satu orang yang tertarik pada seruan Inggris selama Perang Dunia Pertama untuk menyatukan Arab dan Inggris melawan Turki. Dan ketika itu Al-Hassan terpengaruh oleh janji Inggris, bahwa ia akan menjadi raja bagi bangsa Arab.
Selama Perang Dunia Pertama, kekuatan Al-Hassan bin Ali semakin kuat. Kemudian ia mengumumkan Revolusi Besar Arab melawan Kekaisaran Ottoman pada tahun 1334 H/1916 M.
Perselisihan antara Raja Abdulaziz dan Sharif Hassan bin Ali
Perselisihan antara Raja Abdulaziz dan Sharif Hassan bin Ali dimulai setelah Sharif merebut garnisun Turki di Madinah. Selain itu juga terjadi perselisihan dalam menentukan perbatasan antara Najd dan Hejaz, dan penduduk di beberapa daerah di Hejaz condong ke arah Raja Abdulaziz karena kesetiaan mereka pada penyebaran seruan Salafi di daerah-daerah yang terletak di perbatasan antara Tarbah dan Khurma. Dan amir daerah-daerah, termasuk Khaled bin Luai, membelot dari Hassan dan mengumumkan bergabung dengan RajaAbdulaziz. Ia meminta Raja Abdulaziz untuk membantunya menghadapi serangan apa pun yang dilakukan oleh Sharif terhadap Hijaz. Raja Abdulaziz mempercayakan pasukannya, yang dipimpin oleh Sultan bin Bajad, untuk mendukung Khalid bin Lu’ay.
Namun, situasi tersebut tidak berlangsung lama, karena Sultan bin Bajad dan Khalid bin Lu’i melakukan serangan mendadak dan besar-besaran pada tahun 1337 H/ 1919 M. Dan mereka berhasil mengalahkan pasukan Syarif. Hanya Abdullah bin al-Hassan dan beberapa orang pengikutnya saja yang selamat dari kekalahan tersebut. Lebih dari 4.000 orang pasukannya terbunuh. Bahkan, konon ada yang mengatakan 9.000 orang yang terbunuh.
Kekuatan Abdulaziz Unggul Setelah Mendapat Kemenangan di Turba
Dengan kemenangan Raja Abdulaziz di Turba, keseimbangan kekuatan berubah, karena mulai berpihak pada Raja Abdulaziz. Kemudian dia mulai merangsek menuju Hijaz.
Tetapi ketakutan Raja Abdulaziz muncul karena adanya campur tangan Inggris. Hal ini yang mendorongnya untuk menuju ke Hijaz, terutama ketika Inggris mengirim utusan ke Raja Abdulaziz yang memintanya untuk berhenti di Turba dan tidak maju ke daerah lain di Hijaz.
Bersambung…..
Sumber: Dr. Faishal Al Saud, Mujaz Tarikh Ad-Daulah As-Suudiyah. Cetakan Pertama (Majmaah University:2018)
Seri Jejak Sejarah Kerajaan Arab Saudi
- Kelahiran Abdulaziz, Sang Pendiri Kerajaan Arab Saudi
- Peristiwa Sebelum Raja Abdulaziz Merebut Kembali Riyadh
- Abdulaziz: Meninggalkan Kuwait dan Merebut Kembali Riyadh (1319 H)
- Ekspansi Raja Abdulaziz ke Wilayah Selatan Najd, Sudair dan Al Washm
- Ekspansi Raja Abdulaziz ke Qassim
- Ekspansi Raja Abdulaziz ke Qassim (bagian 2)
- Ekspansi Raja Abdulaziz ke Al-Ahsa
- Ekspansi Raja Abdulaziz ke Hail
- Ekspansi Raja Abdulaziz ke Hijaz (1)