Seiring dengan percepatan transformasi kesehatan Arab Saudi melalui Visi 2030, para ahli menyatakan bahwa kesuksesan akan bergantung pada kombinasi antara investasi, inovasi, dan pelayanan kesehatan yang berpusat pada pasien.
Investasi Kesehatan hingga Milyaran Riyal
Miliaran riyal sedang dialokasikan untuk pembangunan rumah sakit dan klinik baru. Namun para pemimpin mengatakan bahwa bangunan fisik saja tidak akan cukup.
Sektor kesehatan Kerajaan Arab Saudi berada di persimpangan jalan. Meningkatnya angka penyakit kronis, lonjakan jumlah pasien, dan kekurangan tenaga medis profesional sedang menguji batas kapasitas sistem kesehatan.
Pemanfaatan Teknologi AI
Artificial intelligence semakin dianggap sebagai alat yang dapat meringankan beban. Namun, para ahli mengingatkan bahwa teknologi ini bukanlah solusi ajaib. Kesuksesannya bergantung pada cara implementasinya.
“Fragmentasi layanan kesehatan, kekurangan sumber daya, dan biaya yang terus meningkat akibat penyakit kronis tetap menjadi tantangan terbesar bagi Kerajaan,” kata Dr. Mansoor Khan, CEO Persivia, perusahaan kecerdasan buatan kesehatan berbasis di AS yang bermitra dengan penyedia layanan kesehatan di Arab Saudi.
“Belum ada negara yang menerapkan kecerdasan buatan (AI) secara besar-besaran di bidang kesehatan. Arab Saudi memiliki sumber daya manusia dan keuangan yang cukup untuk memimpin di kancah global. AI bukanlah satu hal, melainkan kumpulan teknologi yang perlu digunakan dengan hati-hati. Penggunaannya disesuaikan dengan masalah dan alur kerja spesifik.””. Dr. Mansoor Khan, CEO Persivia

Penelitian Gartner berjudul “AI dalam Pelayanan Kesehatan Berbasis Nilai” yang diterbitkan pada bulan Juni tahun ini, memperkuat poin ini. Dalam penelitian tersebut diungkapkan bahwa AI sebagai teknologi pendukung kritis untuk pelayanan kesehatan berbasis nilai yang canggih.
Kekurangan Kapasitas Tempat Tidur Rumah Sakit
Dari sisi pasar, Dr. Gireesh Kumar, menyoroti kesenjangan kapasitas yang akan datang. Ia merupakan mitra associate untuk konsultasi kesehatan di Knight Frank, sebuah firma konsultan properti global di Riyadh.
Menurut analisis Knight Frank yang diterbitkan pada Agustus tahun ini, Riyadh saja membutuhkan 4.500 tempat tidur rumah sakit baru dalam lima tahun ke depan. Investasi sebesar SR7 miliar ($1,86 miliar), 60 persen di antaranya didanai oleh sektor swasta. Pada tahun 2040, kekurangan tersebut dapat meningkat menjadi 15.300 tempat tidur berdasarkan standar global.
“Penggunaan AI yang paling efektif terdapat di rumah sakit. Pengenalan gambar, analisis prediktif, dan otomatisasi alur kerja dapat membantu mengurangi kemacetan dan menyeimbangkan permintaan di seluruh jaringan.”Dr. Gireesh Kumar, Mitra Asosiasi Knight Frank untuk Penasihat Kesehatan.

Visi 2030 Mempercepat Transisi Kesehatan Arab Saudi
Visi 2030 mempercepat peralihan dari sistem bayar per layanan ke perawatan berbasis nilai. Transisi tersebut memerlukan keterlibatan sektor swasta yang mendalam, mulai dari pendanaan hingga manajemen. Kemitraan publik-swasta sebagai katalisator untuk adopsi kecerdasan buatan (AI).
“Sektor publik menyediakan infrastruktur dan regulasi, sementara sektor swasta membawa kelincahan dan keahlian global. Bersama-sama, mereka dapat mempercepat penerapan solusi AI di bidang diagnostik, telemedisin, dan pelatihan tenaga kerja.” Dr. Gireesh Kumar.
Peran Penting AI di Dunia Medis Masa Depan
Pada tahun 2030, sistem kesehatan Arab Saudi diperkirakan akan sangat berbeda. AI akan menjadi landasan pergeseran dari pengobatan reaktif ke perawatan preventif. Tenaga medis diberdayakan dengan wawasan prediktif, mengotomatisasi tugas rutin, dan memperluas akses melalui platform digital.
Namun, meskipun ada investasi dan inovasi yang besar, ukuran akhir bukanlah akurasi model, melainkan kehidupan manusia yang membaik.
Sumber: Hussain, W. (2025, 1 September). Saudi Arabia’s healthcare push puts AI in the spotlight. Arab News. Diakses dari Arab News: https://www.arabnews.com/node/2613798/saudi-arabia