Para ahli sejarah membagi penyatuan Najd menjadi tiga tahap, hal itu dikarenakan penyatuannya berlangsung lama yaitu sekitar 40 tahunan. Lamanya penyatuan Najd bermula dari apa yang mengakar dalam jiwa para pangeran di daerah-daerah dan pemimpin suku, yaitu kecenderungan independensi, dan mereka tidak menyadari pentingnya persatuan.
Pada fase penyatuan Najd Ad-Daulah (Negara Saudi Pertama) menghadapi berbagai macam permasalahan. Penyatuan Najd dimulai pada tahaun 1159 H, ketika Ad-Daulah terlibat konfrontasi dengan para rivalnya. Dan yang paling menonjol di antara para rivalnya adalah Amir Riyadh, Dahham bin Dawwas yang muak dengan Najd, sehingga ia selalu mengganggu Manfuha yang loyal kepada Ad-Daulah. Oleh karena itu, jumlah konfrontasi antara Ad-Daulah dan Dahham bin Dawwas diperkirakan sekitar (17) pertempuran, dan sifat konfrontasinya berfluktuasi.
Ketika Dhaham melihat bahwa ia berada di ambang kehancuran, ia meminta perdamaian, dan jika ia merasa kuat, ia memulai konfrontasi. Hal ini menyebabkan konflik terus berlangsung selama lebih dari 28 tahun. Namun pada akhirnya, ia tidak mampu menghadapi Ad-Daulah, sehingga ia terpaksa melarikan diri dari Riyadh pada tahun 1187 H, pada masa pemerintahan Imam Abdul Aziz bin Muhammad bin Saud, dan saat itu bergabung dengan Negara Saudi Pertama.
Masalah Najran (Pertempuran Al-Hair 1178 H)
Permasalahan di Najran termasuk permasalahan besar yang di hadapi Ad-Daulah dalam menyatukan wilayah Najd. Penyebab inti dari permasalahan ini adalah datangnya beberapa kabilah mencari perlindungan kepada hakim Najran yang Bernama Al-Hasan bin Hibatullah Al-Makramy yang kemudian memimpin pasukan tantara untuk melawan Ad-Daulah As-Suudiyah Al-Ula (Negara Saudi Pertama).
Bertempurlah dua pasukan tantara di Al-Hair, sebuat wilayah dekat dengan Riyadh. Tentara Suudi dipimpin oleh Abdul Aziz bin Muhammad bin Saud, sedangkan pasukan Najran dipimpin oleh bernama Al-Hasan bin Hibatullah Al-Makramy. Ketika pertempuran berlangsung, pasukan Ad-Daulah As-Suudiyah Al-Ula (negara Saudi pertama dikalahkan, yang mendorong Sheikh Muhammad bin Abdul Wahhab untuk membujuk Abdulaziz bin Muhammad bin Saud untuk menggunakan rekonsiliasi. Dan seperti itulah yang terjadi dan Tentara Najran kembali setelah adanya rekonsiliasi.
Sumber: Dr. Faishal Al Saud, Mujaz Tarikh Ad-Daulah As-Suudiyah. Cetakan Pertama (Majmaah University:2018)