Iconic Abrian fabric is graced with symbols of Arabia, in particular Arabic tea and dates, they symbolise Arabian hospitality.
Minum kopi mungkin terdengar biasa bagi banyak orang. Namun di Semenanjung Arab, meminum Qahwa Arab yang disajikan bersama kurma adalah bagian dari tradisi yang kaya makna. Lebih dari sekadar minuman, Qahwa adalah simbol keramahan, identitas budaya, dan warisan spiritual yang telah dijaga selama berabad-abad.
Asal Usul Qahwa Arab: Kopi yang Penuh Rempah
Qahwa berasal dari Yaman pada abad ke-15 dan kemudian menyebar ke berbagai penjuru dunia Arab. Proses penyajiannya unik: biji kopi disangrai ringan, ditumbuk halus, lalu direbus bersama rempah-rempah seperti kapulaga, cengkeh, jahe, dan kadang-kadang saffron.
Hasilnya adalah minuman ringan dengan rasa sedikit pahit dan aroma rempah yang khas. Berbeda dari kopi hitam biasa, Qahwa disajikan tanpa gula dalam cangkir kecil, sehingga kurma menjadi pasangan sempurna sebagai penyeimbang rasa.
Simbol Keramahan dan Kehormatan
Menyajikan Qahwa Arab dan kurma kepada tamu adalah bentuk penghormatan yang dalam. Tradisi ini umum dijumpai di rumah-rumah warga Arab, serta dalam acara penting seperti pernikahan, pertemuan suku, hingga forum diplomatik.
Biasanya, Qahwa disajikan oleh tuan rumah atau pelayan khusus, dengan etika tertentu seperti menyajikan dari kanan ke kiri dan mengisi cangkir tidak terlalu penuh. Tamu pun diharapkan menerima cangkir dengan tangan kanan, dan saat sudah cukup, cukup menggoyangkan cangkir sebagai tanda.
Kurma: Simbol Kesehatan, Kesucian, dan Solidaritas
Kurma bukan sekadar camilan manis, tetapi juga simbol spiritual dan sosial dalam masyarakat Arab. Dalam ajaran Islam, Nabi Muhammad memulai buka puasa dengan kurma—menjadikannya makanan suci dengan nilai ibadah.
Kurma juga menjadi sumber energi alami yang ideal untuk iklim gurun. Selain itu, selama bulan Ramadan, tradisi berbagi kurma kepada tetangga dan kaum dhuafa menjadi bentuk solidaritas sosial yang kuat.

Diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda
Pada tahun 2015, UNESCO menetapkan Qahwa Arab sebagai bagian dari Warisan Budaya Takbenda dunia. Ini bukan hanya pengakuan terhadap cita rasa kopi, tetapi juga terhadap nilai-nilai sosial, etika, dan tradisi turun-temurun yang menyertainya.
Tradisi yang Terus Hidup di Tengah Modernitas
Meskipun budaya modern berkembang pesat—dengan kafe-kafe menjamur di kota-kota seperti Riyadh dan Jeddah—tradisi Qahwa Arab dan kurma tetap bertahan. Banyak keluarga Arab masih menyajikannya di rumah sebagai bentuk kebanggaan budaya dan penghormatan kepada tamu.
Menikmati Qahwa bukan sekadar menyeruput kopi. Ini adalah bahasa tanpa kata yang mengandung makna hormat, kebersamaan, dan kebanggaan identitas Arab yang terus diwariskan dari generasi ke generasi.
Baca juga : Kuliner Arab Saudi: Lezatnya Cita Rasa Timur Tengah
Referensi:
- UNESCO Intangible Cultural Heritage. (2015). Arabic coffee, a symbol of generosity. https://ich.unesco.org
- Al Arabiya English. (2021). The history and culture of Arabic coffee. https://english.alarabiya.net
- Visit Saudi. (n.d.). Saudi Coffee: A Cultural Experience. https://www.visitsaudi.com
- Gulf News. (2022). Why dates are an important part of Arab hospitality. https://gulfnews.com
Saudi Press Agency. (2022). Year of Saudi Coffee 2022 highlights cultural identity. https://www.spa.gov.sa