Di jantung kota bersejarah Taif, berdiri kokoh Masjid Abdullah bin Abbas. Masjid ini tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga merupakan monumen dan saksi bisu perjalanan awal sejarah Islam. Terletak di Wilayah Makkah al-Mukarramah, masjid ini menjadi salah satu destinasi religi dan sejarah penting di bagian barat Kerajaan Arab Saudi.
Masjid ini memiliki nilai sejarah yang tak ternilai karena keterkaitannya langsung dengan kehidupan Nabi Muhammad SAW. Namanya diambil dari sepupu beliau, Abdullah bin Abbas, yang merupakan seorang sahabat terhormat dan ahli tafsir Al-Qur’an terkemuka. Masjid ini dibangun di lokasi yang diyakini pernah menjadi tempat salat Nabi. Keberadaan makam Abdullah bin Abbas di dalam kompleks masjid juga menjadikannya tempat ziarah yang selalu ramai dikunjungi.
Penamaan Masjid “Ibnu Abbas”
Masjid ini dinamai sesuai nama sahabat Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhu. Hal ini dikarenakan, Ia memilih Taif sebagai tempat tinggalnya, setelah sebelumnya berpindah-pindah antara Taif, Syam, Madinah, dan Makkah. Ia terus tinggal di Taif hingga wafat dan dimakamkan di sana pada tahun 68 H/687 M.
Pembangunan Masjid Abdullah bin Abbas
Bani Tsaqif membangun masjid di tempat di mana Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat selama pengepungan sisa-sisa suku Hawazin yang melarikan diri ke Taif untuk menghindari Muslim dalam Perang Hunayn pada tahun kedelapan Hijrah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan sahabatnya, Utsman bin Abi Al-Ash radhiyallahu ‘anhu, untuk memimpin shalat bagi penduduk Taif.
Di sisi timur masjid terdapat pemakaman yang berisi jenazah 11 sahabat yang gugur selama pengepungan Taif. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam mendoakan mereka dan menguburkan mereka di tempat yang sama. Di pemakaman tersebut juga terdapat makam sahabat Abdullah bin Az-Zubair radhiyallahu ‘anhu dan makam Imam Muhammad bin Al-Hanafiyah bin Ali bin Abi Talib.
Pemugaran Masjid Abdullah bin Abbas
Masjid ini telah mendapat perhatian sejak masa Khulafaur Rasyidin, Umayyah, hingga Abbasiyah. Perubahan signifikan terjadi pada masa Khalifah Al-Nasir Li-Dinillah dari Abbasiyah, yang membangun kembali dan memperluasnya. Pada saat itulah beliau secara resmi menamainya Masjid Abdullah bin Abbas. Awalnya dibangun dari batu dan tanah liat beratap daun palem, masjid ini kemudian direnovasi beberapa kali pada masa-masa berikutnya.
Pengembangan Masjid Abdullah bin Abbas
Pada masa pemerintahan Raja Saud bin Abdulaziz Al Saud tahun 1378 H/1959 M, beliau memerintahkan pembangunan kembali masjid secara total. Proyek ini mencakup perluasan area serta penambahan menara dan pintu-pintu baru. Kemudian pada masa Raja Faisal bin Abdulaziz Al Saud tahun 1381 H/1961 M, masjid kembali diperluas hingga mencapai 15 ribu meter persegi. Interiornya dipercantik dengan tirai dan lampu gantung yang dihiasi tulisan tangan ayat-ayat Alquran dan hadits Nabi. Selain itu, dibangun pula fasilitas pendukung seperti tempat tinggal untuk imam dan pekerja serta toko-toko yang menjadikan area tersebut sebagai pusat budaya dan perdagangan.
Tahun 1436 H/2015 M, Kementerian Urusan Islam, Dakwah, dan Bimbingan menyetujui pelaksanaan proyek pembangunan kembali dan restorasi masjid agar sesuai dengan status Islam dan sejarahnya. Sehingga luas totalnya setelah proyek selesai mencapai 145.156,86 m2, dengan luas lantai 63.163 m2. Fasilitasnya terdiri dari ruang salat untuk pria di lantai dasar dan mezanin, ruang salat untuk wanita di mezanin, toilet, dan tempat parkir mobil di halaman sekitar masjid.
Proyek pembangunan baru ini mencakup fasilitas utama seperti tempat pemandian jenazah, tempat tinggal untuk imam dan muazin, serta gedung untuk wakaf dan kegiatan dakwah. Selain itu, dibangun juga berbagai sarana pendukung yang terdiri dari kantor, tempat tinggal pekerja, dan sebuah pasar dengan 17 toko. Pembangunan ini juga difokuskan pada perombakan total perpustakaan masjid menjadi bangunan lima lantai yang dilengkapi ruang baca dan administrasi.
Sebagai kelanjutan dari proyek modernisasi, Kementerian Urusan Islam, Dakwah, dan Bimbingan menyetujui pemasangan karpet baru di masjid pada tahun 1440 H/2019 M. Karpet baru berkualitas istimewa tersebut dipasang untuk menutupi area seluas 10.600 meter persegi.
Pencantuman Masjid Dalam Daftar Nasional Warisan Budaya
Pada tahun 1444 H/2023 M, Badan Warisan Budaya secara resmi mendaftarkan Masjid Abdullah bin Abbas ke dalam Daftar Warisan Arsitektur Nasional. Masjid ini merupakan salah satu dari 41 situs warisan arsitektur baru yang diakui di Provinsi Taif. Selain masjid, daftar baru ini juga mencakup berbagai bangunan bersejarah seperti istana, benteng, dan pasar. Pendaftaran ini merupakan bagian dari upaya berkelanjutan badan tersebut untuk melestarikan situs-situs bersejarah di Kerajaan Arab Saudi. Tujuan utamanya adalah untuk menemukan, mendokumentasikan, dan melindungi warisan nasional yang tak ternilai.
Baca juga: Al-Balad: Kawasan Sejarah Jeddah yang Kaya Budaya
Sumber: Saudipedia. (t.t.). Masjid Abdullah bin Abbas. Diakses pada 15 September 2025, dari https://saudipedia.com/article/13759/%D8%AA%D8%A7%D8%B1%D9%8A%D8%AE/%D9%85%D8%B9%D8%A7%D9%84%D9%85-%D9%88-%D8%A2%D8%AB%D8%A7%D8%B1/%D9%85%D8%B3%D8%AC%D8%AF-%D8%B9%D8%A8%D8%AF%D8%A7%D9%84%D9%84%D9%87-%D8%A8%D9%86-%D8%B9%D8%A8%D8%A7%D8%B3