Adopsi teknologi, kapabilitas institusional, dan kewirausahaan menjadi faktor krusial dalam mendorong produktivitas di negara-negara berkembang, menurut para pemimpin pemerintahan dan industri dalam Konferensi Ekonomi Pasar Berkembang di AlUla.
Acara ini menyoroti kecerdasan buatan (AI), transformasi digital, dan kerja sama global sebagai elemen utama dalam memperkuat stabilitas keuangan, mendorong pertumbuhan berkelanjutan, serta meningkatkan ketahanan ekonomi di kawasan tersebut.
Pentingnya Diversifikasi Ekonomi dan Adopsi Teknologi
Menteri Ekonomi dan Perencanaan Arab Saudi, Faisal Al-Ibrahim, mengungkapkan bahwa diversifikasi ekonomi merupakan tantangan besar bagi negara berkembang.
“Kita telah berbicara tentang diversifikasi, tetapi sebelumnya sulit mendapatkan dukungan politik dan tindakan dari seluruh pemerintahan serta bangsa. Hari ini, kita melihatnya terjadi, dan kita berusaha untuk memanfaatkannya sebaik mungkin,” katanya.
Al-Ibrahim menekankan bahwa meskipun teknologi transformasional seperti AI dapat meningkatkan produktivitas, adopsinya bukanlah proses instan. Negara berkembang harus membangun kapabilitas serta infrastruktur yang kuat agar teknologi ini dapat diintegrasikan secara efektif.
AI dan Peran Vision 2030 Arab Saudi
Inisiatif Vision 2030 Arab Saudi telah menempatkan sektor swasta dan publik dalam posisi strategis untuk memanfaatkan kecerdasan buatan.
“Kapabilitas institusional tidak hanya ada di sektor swasta, tetapi dengan Vision 2030, juga hadir di sektor publik. Karena itu, kita melihat perusahaan-perusahaan AI generatif tertarik pada perusahaan seperti Aramco dan sektor energi, karena kasus penggunaannya sudah jelas dan datanya sudah terstruktur serta siap digunakan,” ujar Al-Ibrahim.
Dampak AI terhadap Pasar Tenaga Kerja dan Ekonomi
Menteri Deregulasi dan Transformasi Negara Argentina, Federico Sturzenegger, optimistis bahwa AI akan mempercepat transformasi ekonomi dan memengaruhi pasar tenaga kerja serta harga komoditas.
Sementara itu, Senior Fellow Brookings, Santiago Levy, menyoroti tantangan struktural di negara-negara berkembang, terutama kurangnya perusahaan berukuran menengah yang mampu mengadopsi teknologi.
“Sangat sedikit perusahaan yang benar-benar dapat terlibat dalam adopsi teknologi,” ujarnya.
Kepemimpinan dan Kebijakan untuk Percepatan Transformasi
Ke depan, Al-Ibrahim menegaskan pentingnya kepemimpinan yang berani dan kebijakan yang tepat untuk mempercepat transformasi.
“Kita ingin melihat lebih banyak aktivitas kewirausahaan berbasis inovasi yang sejalan dengan tingkat aktivitas di Vision 2030. Ini akan menarik inovator dan menciptakan lapangan kerja bernilai tinggi dalam jangka panjang,” katanya.
Kerja Sama Global sebagai Solusi Tantangan Ekonomi
Kerja sama global menjadi salah satu tema utama dalam diskusi ini. Al-Ibrahim mengajak para pemangku kepentingan untuk mengubah pendekatan mereka, dengan menyatakan:
“Kita harus beralih dari mencoba menyenangkan semua pihak dengan mengorbankan solusi yang bermakna dan serius terhadap permasalahan yang ada.”
Peluang Indonesia dalam Transformasi Digital dan AI
Pemerintah Indonesia terus menunjukkan komitmennya dalam mengadopsi teknologi digital dan kecerdasan buatan (AI) guna mendorong produktivitas nasional. Salah satu langkah strategisnya adalah program Making Indonesia 4.0, yang bertujuan meningkatkan daya saing industri melalui transformasi digital.
Selain itu, Indonesia berupaya melakukan diversifikasi ekonomi dengan memperkuat sektor teknologi digital, industri kreatif, dan ekonomi berbasis inovasi. Melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), pemerintah aktif mendorong adopsi teknologi, termasuk AI, di berbagai sektor ekonomi.
Untuk mempercepat transformasi digital, pemerintah telah meluncurkan Roadmap Digital Indonesia 2021-2024, yang mencakup percepatan adopsi teknologi dalam pemerintahan, pendidikan, dan industri. Salah satu inisiatif penting dalam roadmap ini adalah program Digital Talent Scholarship, yang dirancang untuk membekali tenaga kerja dengan keterampilan digital yang dibutuhkan di era AI.
Di sisi lain, pemerintah juga berupaya menciptakan ekosistem inovasi dan kewirausahaan berbasis teknologi melalui program seperti Startup Studio Indonesia dan pendanaan bagi startup AI. Langkah ini bertujuan memperkuat daya saing perusahaan rintisan serta mendorong pengembangan teknologi baru di dalam negeri.
Indonesia juga aktif dalam kerja sama internasional untuk pengembangan teknologi dan AI. Partisipasi dalam forum G20 dan kemitraan strategis dengan berbagai negara diharapkan dapat mempercepat transformasi digital serta meningkatkan daya saing ekonomi Indonesia di tingkat global.
Sumber : MIGUEL HADCHITY (2025). Global cooperation and AI key to boosting productivity in developing economies, say AlUla panelists. Arab News, di akses dari https://www.arabnews.com/node/2590538/business-economy