
Di jantung Makkah, Ka’bah yang mulia berdiri kokoh sebagai titik temu ibadah dan keagungan. Inilah rumah ibadah pertama bagi umat manusia, saksi sejarah iman, dan pusat tujuan bagi setiap hati yang berserah diri kepada Allah Yang Maha Esa.
Ka’bah dikenal dengan beberapa nama yang dihormati yang menandakan status sucinya: Rumah Suci, Rumah Tua, dan Bakkah. Ia merupakan simbol perdamaian dan arah ibadah bagi para jamaah dari seluruh penjuru dunia.
Manifestasi Ketaatan yang Melahirkan Peradaban
Peristiwa ini diawali ketika Nabi Ibrahim A.S. menerima perintah ilahiah untuk menempatkan istrinya, Siti Hajar, dan putranya, Ismail A.S., di sebuah lembah yang belum berpenghuni, yang di kemudian hari dikenal sebagai Makkah. Perjalanan dari Palestina ini merupakan manifestasi ketaatan mutlak dari sang Nabi.
Setibanya di tujuan, Nabi Ibrahim meninggalkan istri dan putranya di dekat lokasi yang kelak menjadi sumber mata air Zamzam, dengan perbekalan yang sangat terbatas. Tindakan ini sepenuhnya didasarkan pada kepasrahan kepada ketetapan Allah.
Dialog krusial terjadi saat Ibrahim mulai beranjak pergi. Siti Hajar mempertanyakan tindakan suaminya, namun Ibrahim tetap diam hingga ia bertanya apakah tindakan tersebut merupakan perintah dari Allah. Setelah Ibrahim mengonfirmasi hal itu, Siti Hajar menunjukkan tingkat keimanan dan tawakal yang tinggi dengan menyatakan, “Jika demikian, maka Allah tidak akan membuat kami sengsara.”
Setelah berada di luar pandangan mereka, di sebuah tikungan lembah, Nabi Ibrahim memanjatkan doa yang tercatat dalam Al-Qur’an (QS. Ibrahim [14]: 37). Doa tersebut berisi permohonan agar keturunannya senantiasa mendirikan salat, dianugerahi rezeki, dan dijaga oleh Allah SWT.
Membangun Ka’bah: Ketaatan dan Doa
Setelah itu, Allah menuntun Ibrahim ke lokasi Ka’bah dan memerintahkannya untuk membangunnya. Ibrahim dan putranya Ismail membangun Rumah Suci itu dengan penuh cinta dan iman, sambil berdoa berulang kali: “Ya Tuhan kami, terimalah (amal) dari kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui..” (Al-Baqarah:127). Ka’bah menjadi simbol monoteisme dan cahaya pencerahan iman di hati umat manusia.
Jejak Rekonstruksi Ka’bah dari Masa ke Masa
Sejarah Ka’bah mencakup beberapa tonggak sejarah yang penting. Selama berabad-abad, berbagai bangsa secara bergantian merawat Ka’bah, membangunnya kembali setiap kali waktu atau kerusakan memengaruhi strukturnya. Quraysh membangun kembali Ka’bah sebelum wahyu diturunkan kepada Nabi Muhammad, namun mereka tidak berhasil menyelesaikan seluruh strukturnya karena keterbatasan sumber daya, sehingga sebagian dari fondasi asli, yang kini dikenal sebagai Hijr, tetap berada di luar batasnya.
Nabi Muhammad bermaksud untuk membangunnya kembali sesuai dengan desain asli Ibrahim, termasuk Hijr, tetapi menundanya untuk menjaga harmoni di antara komunitas yang baru saja memeluk Islam.
Kemudian, Abdullah ibn Al-Zubair membangunnya kembali sesuai dengan visi Nabi, menambahkan dua pintu dan memasukkan Hijr. Namun, pada era Abdul Malik ibn Marwan, Ka’bah dipulihkan ke bentuk aslinya. Di tahun 1040 H, setelah sebagian Ka’bah rusak akibat banjir, umat Islam merenovasinya, dengan Sultan Murad Khan membangunnya kembali dengan penuh perhatian dan ketulusan.
Pada zaman modern, Ka’bah telah menjalani pemulihan yang presisi untuk menjaga keamanannya dan penghormatan terhadapnya. Pada tahun 1417 H, selama era Raja Fahd ibn Abdul Aziz, baik bagian dalam maupun luar Ka’bah dipulihkan, memastikan Ka’bah tetap menjadi simbol megah dari keberlanjutan tangan orang-orang beriman sepanjang sejarah.
Keindahan Spiritual di Dalam Ka’bah
Di dalam Ka’bah, tiang-tiang kayu kokoh menopang atap, sementara lantainya ditutupi oleh marmer putih murni. Dinding-dinding bagian dalamnya dihiasi oleh tirai sutra yang bertuliskan nama-nama indah Allah.
Kunci Pintu Ka’bah secara turun-temurun dijaga oleh keluarga al-Shaibi sebagai penjaga Rumah Suci. Mereka memegang amanah abadi ini sesuai dengan perintah langsung dari Nabi Muhammad.
Kapan Ka’bah Dibuka?
Ka’bah dibuka pada dua kesempatan. Pertama, Ka’bah dibuka untuk pembersihan dengan air Zamzam yang dicampur dengan parfum oud dan mawar, dilakukan dua kali setahun: sekali pada awal bulan Sha’ban dan sekali pada tanggal 15 Dhu al-Qi’dah.
Kedua, Ka’bah dibuka untuk menghormati kepala negara yang berkunjung, memberikan mereka hak istimewa untuk masuk dan berdoa di dalam Ka’bah, karena mereka mewakili umat Muslim di negara masing-masing, mengikuti teladan Nabi Muhammad (semoga Allah memberkahi dan memberi salam kepadanya), dan berdoa kepada Allah Yang Maha Kuasa.
Komponen-komponen Ka’bah yang Mulia
Pintu Ka’bah, Kunci dan Gembok Pintu Ka’bah, Batu Hitam, Sudut Yaman, Hijr, Mizab, Multazam, Kiswa, Pemelihara Ka’bah, dan Shadhrawan.
Baca juga: Pameran Sejarah Pelayanan Haji dan Umrah Resmi Dibuka di Makkah
Sumber: General Presidency for the Affairs of the Grand Mosque and the Prophet’s Mosque. (n.d.). The Holy Kaaba. Diakses pada 20 September 2025, dari https://alharamain.gov.sa/public/?page=kaaba-en