Arab Saudi semakin memperkuat komitmennya dalam diversifikasi sumber energi dengan mengembangkan program nuklir yang bertujuan untuk menghasilkan energi. Menteri Negara Urusan Luar Negeri dan Utusan Iklim Arab Saudi, Adel Al-Jubeir, menegaskan bahwa program nuklir ini semata-mata untuk tujuan damai dan berfokus pada produksi energi.
Produksi Bahan Bakar Nuklir di Dalam Negeri
Berbicara dalam sebuah sesi dialog di World Economic Forum (WEF) di Davos 20 – 24 Januari 2025, Al-Jubeir mengungkapkan bahwa Arab Saudi memiliki cadangan uranium yang signifikan. Ini diperkirakan mencapai 1% hingga 4% dari total cadangan global. Oleh karena itu, Arab Saudi berencana untuk memanfaatkan sumber daya ini dengan mengolahnya menjadi bahan bakar yang memiliki nilai jual lebih tinggi. Mencakup seluruh tahapan dari bahan mentah hingga energi.
Dan langkah ini sejalan dengan visi Arab Saudi untuk mendominasi ekspor berbagai produk energi ke seluruh dunia. Termasuk minyak, gas, listrik, energi surya, energi air, dan bahkan energi nuklir. Al-Jubeir menekankan bahwa Arab Saudi tidak ingin hanya menjadi lokasi bagi perusahaan tambang untuk mengekstraksi mineral dan mengolahnya di luar negeri. Sebaliknya, Arab Saudi ingin memastikan bahwa proses pengolahan dan produksi energi dilakukan di dalam negeri, sehingga memberikan manfaat ekonomi yang lebih besar bagi negara.
Nuklir untuk Tujuan Damai
Menteri Energi Arab Saudi, Pangeran Abdulaziz bin Salman, hadir dalam International Atomic Energy Agency (IAEA) General Conference ke 68 yang diselenggarakan di Wina, Austria September tahun lalu. Dalam event tersebut, Pangeran Abdulaziz bin Salman menyatakan komitmen Arab Saudi mematuhi IAEA Safeguards Agreements dalam penggunaaan nuklir untuk tujuan damai.

Arab Saudi meluncurkan National Atomic Energy Project pertama kali pada tahun 2017 dengan tujuan utama untuk diversifikasi sumber energi dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) pertama rencana akan dibangun di Khor Duwaiheen, daerah di sekitar Teluk Arab yang terletak antara Qatar dan Uni Emirat Arab. Kompleks PLTN pertama ini diharapkan dapat menghasilkan listrik sebesar 2,8 gigawatt (GW).
Mencontoh Kesuksesan Uni Emirat Arab
Sebagai perbandingan, Uni Emirat Arab (UEA) telah berhasil mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Barakah pada 20 Juli 2020. Ini merupakan PLTN pertama di kawasan Jazirah Arab. PLTN ini memiliki empat reaktor dengan total kapasitas 5.600 megawatt dan diharapkan dapat memenuhi hingga 25% permintaan listrik nasional UEA.
Kehadiran PLTN Barakah berkontribusi dalam penyelamatan lingkungan karena mencegah pelepasan 21 juta ton emisi karbon setiap tahun.

Baca juga : Perjalanan Arab Saudi Menuju Era Tanpa Minyak – KabarSaudi.com
Referensi :
- Sayed, A. (2025). Saudi Arabiaās Nuclear Program Aimed at Generating Energy: Climate Envoy. Diambil dari https://www.leaders-mena.com/saudi-arabias-nuclear-program-aimed-at-generating-energy-climate-envoy/ .
- Naryanan, N. (2024). Saudi Arabia committed to adhering to IAEA safeguards for its nuclear program, says minister. Diambil dariĀ https://www.arabnews.com/node/2571615/amp .
- Antara. (2020). UAE mulai operasikan PLTN Barakah, pertama di jazirah Arab. Diambil dari https://www.antaranews.com/berita/1645278/uae-mulai-operasikan-pltn-barakah-pertama-di-jazirah-arab .