
Menteri Lingkungan, Air, dan Pertanian Arab Saudi, Eng. Abdulrahman Alfadley, di Rome Water Dialogue (Sumber: MEWA)
Dengan investasi besar dan strategi jangka panjang, Arab Saudi menetapkan standar baru dalam pengelolaan air global, menargetkan efisiensi, keberlanjutan, dan kepemimpinan internasional.
Target 2035: Efisiensi Air sebagai Prioritas Nasional
Arab Saudi menetapkan target ambisius untuk mengurangi biaya produksi air hingga 50% dan penggunaan air tanah non-renewable sebesar 90% pada tahun 2035. Langkah ini merupakan bagian dari strategi nasional yang sejalan dengan Visi 2030, yang menekankan efisiensi sumber daya dan keberlanjutan lingkungan.
Menteri Lingkungan, Air, dan Pertanian, Eng. Abdulrahman Alfadley, menegaskan bahwa transformasi ini bukan hanya soal teknologi, tetapi juga soal kolaborasi lintas sektor.
“Kami menghubungkan sektor pertanian, energi, kesehatan, dan lingkungan dalam satu ekosistem air yang terintegrasi,” ujarnya dalam Rome Water Dialogue yang digelar oleh FAO.
Infrastruktur Raksasa dan Teknologi Desalinasi Terdepan
Arab Saudi saat ini merupakan produsen air desalinasi terbesar di dunia, dengan kapasitas harian lebih dari 16 juta meter kubik. Melalui investasi riset dan inovasi, negara ini berhasil menurunkan konsumsi energi desalinasi hampir 50%, menjadikannya yang paling efisien secara global.
Jaringan pipa air sepanjang 19.000 kilometer yang menjangkau 82% wilayah berpenduduk menunjukkan skala infrastruktur yang luar biasa. Proyek-proyek ini didukung oleh 25 kontrak kemitraan swasta senilai lebih dari 104 miliar riyal, mencakup desalinasi, transportasi, dan daur ulang air.
Strategi Nasional dan Dampak Nyata
Melalui National Water Strategy, Arab Saudi telah meningkatkan Indeks Pengelolaan Sumber Daya Air Terintegrasi dari 57% menjadi 83%, menjadikannya model global dalam pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) 6.
Strategi ini berhasil menghemat 8 miliar meter kubik air pertanian non-renewable setiap tahun dan meningkatkan penggunaan air renewable lebih dari 1 miliar meter kubik. Program cloud seeding juga menghasilkan 6,4 miliar meter kubik hujan tambahan melalui 711 misi.
Diplomasi Air dan Kepemimpinan Global
Arab Saudi tidak hanya fokus pada domestik, tetapi juga aktif dalam diplomasi air global. Riyadh akan menjadi tuan rumah World Water Forum ke-11 pada tahun 2027 dan telah mengalokasikan $6 miliar untuk proyek air internasional.
Inisiatif seperti G20 Water Dialogue dan pendirian pusat riset air internasional saat COP16 menunjukkan komitmen Arab Saudi dalam menyelesaikan krisis air global.
“Kami percaya bahwa solusi air harus bersifat kolektif dan lintas batas,” tegas Alfadley.
Pertanian dan Ekonomi yang Tumbuh Pesat
Sektor pertanian Arab Saudi menunjukkan pertumbuhan signifikan, dengan kontribusi terhadap PDB meningkat dari SAR 85,1 miliar pada 2020 menjadi SAR 117,9 miliar pada 2024, mencerminkan pertumbuhan tahunan gabungan sebesar 8,5%.
Transformasi air yang efisien menjadi fondasi bagi pertanian berkelanjutan dan ketahanan pangan nasional, sekaligus membuka peluang ekspor teknologi air ke negara lain.
Baca juga: Revolusi Teknologi Reverse Osmosis untuk Produksi Air Bersih di Arab Saudi
Referensi:
- MEWA. (2025). MEWA Minister: Saudi Arabia Targets 50% Cut in Water Production Costs, 90% Reduction in Non-Renewable Water Use by 2035. Diambil dari https://www.mewa.gov.sa/en/MediaCenter/News/Pages/News13182020.aspx#:~:text=A%20total%20of%2025%20contracts,a%20massive%2090%25%20by%202035.
- Saudi Gazette. (2025). Alfadley: Saudi Arabia is in forefront of initiatives to resolve global water crisis. Diambil dari https://saudigazette.com.sa/article/655766/SAUDI-ARABIA/Alfadley-Saudi-Arabia-is-in-forefront-of-initiatives-to-resolve-global-water-crisis-nbsp.
- OneArabia. (2025). Saudi Arabia Targets Significant Reductions In Water Production Costs And Non-Renewable Water Use By 2035. Diambil dari https://www.onearabia.me/local/saudi-arabia-targets-50-percent-cut-in-water-production-costs-011-126393.html.